FF XIII Review
Sebagai sebuah franchise game, Final Fantasy tentunya sudah memiliki nama besar yang melegenda dalam industri game. Lahir sebagai karya dari Hironobu Sakaguchi(angkat kaki dari Square Enix pada 2004) untuk Square di tahun 1987, serial game ini telah berusia lebih dari dua dekade. Usia yang bisa dibilang sudah bukan usia “anak kemarin sore” lagi. Main series dari game ini sendiri kini bahkan telah mencapai angka yang ke-13, sebuah angka yang cukup fenomenal untuk suatu serial RPG, meskipun tidak memiliki keterkaitan satu sama lain pada umumnya.
Vanille yang lucu, dan si bocah annoying di belakangnya
Adalah Fabula Nova Crystallis sebutannya, sebuah kompilasi yang terdiri dari tiga Final Fantasy XIII: Final Fantasy XIII, Final Fantasy Agito XIII, dan Final Fantasy Versus XIII. Sebagai satu-satunya dari ketiga judul tersebut yang hadir tanpa embel-embel “Agito” ataupun “Versus,” Final Fantasy XIII (FFXIII) merupakan sebuah judul utama dalam kompilasi ini. Game ini dibawakan pada sebuah setting bernuansa futuristik, yaitu dunia yang disebut sebagai Pulse. Sebelum masuk pada ceritanya, ada baiknya LYR terangkan sedikit mengenai beberapa istilah yang cukup umum disebutkan dalam game ini: fal’Cie, sosok yang diyakini sebagai dewa bagi Cocoon. Cocoon, kota melayang di atas Pulse yang berada di bawah kepemerintahan Sanctum. l’Cie, orang-orang yang dianggap sebagai kutukan bagi penghuni Cocoon karena mendapat sebuah tanda dari fal’Cie. Pulse, dunia bawah Cocoon yang diyakini berbahaya menurut Sanctum. Bagi mereka yang diketahui mengadakan kontak dengan Pulse akan ditangkap untuk diasingkan dari Cocoon.
Gameplay 8,5
Jalannya petualangan pada FFXIII diawali dengan aksi penyamaran Lightning dan Sazh di sebuah kereta yang mengangkut para Pulse l’Cie. Lightning merupakan heroineutama kita dalam game ini, yang tengah bergerak demi menyelamatkan adik perempuannya yang telah menjadi l’Cie, Serah. Namun, rupanya yang tengah berupaya untuk menyelamatkan Serah bukanlah hanya kakaknya seorang. Seorang pemimpin gerakan perlawanan terhadap Sanctum yang bernama Snow, yang tak lain adalah tunangan Serah, juga tengah menempuh jalannya sendiri demi menyelamatkan gadis yang ia cintai. Dalam perjuangannya, Snow yang cenderung naif telah gagal dalam menyelamatkan nyawa seorang wanita. Hal itu kontan menanamkan dendam pada Hope, anak dari wanita tersebut. Dengan meyakini bahwa Snow merupakan satu-satunya orang yang bisa dipersalahkan atas kematian ibunya, Hope pun mengejarnya dengan ditemani oleh gadis yang bernama Vanille. Pencarian Lightning dan Snow kemudian mempertemukan mereka pada seseorang yang mereka cari dan juga Pulse fal’Cie, Anima, yang lalu menyisakan lambang l’Cie pada mereka. Kini, yang harus mereka lakukan adalah memenuhi Focus alias tujuan yang harus mereka penuhi sebagai l’Cie. Dari apa yang terakhir kali disebutkan oleh Serah sebelum ia mengkristal, ia meninggalkan pesan untuk menyelamatkan Cocoon, yang disimpulkan pula sebagai Focus bagi mereka. Situasi yang sama lantas mengharuskan mereka untuk berpetualang bersama guna menjalankan apa yang menjadi Focus mereka. Ujung-ujungnya, inti cerita pada game kali inipun akan mengajak kita kembali pada perjuangan kelompok jagoan dalam menyelamatkan dunia dari ancaman yang ‘sebenarnya.’ Cerita disini bergerak secara linear hingga akhir, dengan sedikit flashback sebagai interlude pada masing-masing chapter-nya. Cerita yang sebenarnya tergolong cukup sederhana, namun dengan istilah-istilah khusus yang agak memberi kesan rumit. Tidak seperti FF-FF yang cenderung cukup memiliki titik berat pada romantisme karakter utamanya, FFXIII kali ini terbilang lebih minim akan unsur yang satu ini.
Pergerakan karakter dalam battle jadi lebih realistis
Kalau kamu menginginkan sebuah gameplay yang benar-benar mengikuti tradisi FF pada umumnya, tampaknya FFXIII bukanlah game yang dapat memenuhi keinginan tersebut. Sebagian besar gamers mungkin sudah banyak tahu mengenai kontroversi pada gameplay dari game ini (ternyata nggak cuma gameplay GTA aja yang kontroversial). Jalan cerita yang linear tampaknya tidak pernah menjadi masalah bagi kamu pemain FF selama ini. Namun, ada hal lain yang benar-benar menjadikan FFXIII benar-benar berbeda pada kali ini. Yang bisa kamu lakukan pada kali ini hanyalah maju, menempuh pertempuran-pertempuran guna melanjutkan progress pada ceritanya. Lupakan tradisi klasik yang mengharuskan kamu untuk menjelajahi suatu kota dan menemukan NPC-NPC agar cerita tetap dapat berlanjut. Jalannya game pada kali ini dibawakan secara chapter per chapter, dungeon demi dungeon, dengan interaksi dialog yang pada FF umumnya ada banyak di luar pertarungan menjadi sangat minim (atau bahkan bisa dibilang hampir tidak ada, eksplorasi bahkan baru bisa dilakukan pada chapter-chapter akhir). Berkat gameplay yang dititikberatkan pada pertempuran-pertempuran guna melanjutkan kelangsungan ceritanya, sebenarnya wajar saja apabila banyak orang yang beranggapan bahwa FFXIII memang lebih kental dalam action dan sudah berkurang dalam “kadar RPG-nya.”
"Transformers" versi Shiva
Unsur action kini memang terasa lebih kental dan begitu pula battle system-nya. Tunggu dulu. Bukan berarti kalau mekanisme battle system-nya pun bakalan jadi se-action Kingdom Hearts atau game-game dengan genre action RPG lain yang memungkinkan karakter kamu bergerak dengan leluasa pada saat pertempuran. Unsur action pada battle system yang dimaksud kali ini terletak pada pergerakan karakter yang terlihat sangat aktif dalam berpindah-pindah posisi dan battle system yang memang lebih action tanpa mengubah sepenuhnya mekanisme turn based yang umum bagi sebuah RPG. Bisa disebut begitu berkat battle system yang masih memegang dasar pada aturan turn based dan ATB (Active Time Battle) khas FF klasik umumnya, namun dengan sentuhan inovasi baru yang membuat battle system bergaya turn based tidak terkesan terlalu statis atau membosankan.
Sazh, perpaduan antara Giring "Nidji" dan Trigun
Seperti pada sistem ATB biasanya, akan ada suatu gauge yang terisi dengan sendirinya dalam sebuah pertempuran dan berpengaruh terhadap jalannya giliran kamu. Begitu gauge terisi, maka kamu baru dapat mengakses sejumlah command yang terbagi atas: Auto-battle, Abilities, Techniques, dan Items. Auto-battle merupakan rangkaian serangan acak yang akan dilancarkan secara otomatis dengan dipengaruhi pada jumlah slot serangan yang ada. Abilities disini merupakan serangan atau hal-hal yang bisa dilakukan tergantung pada skill dari role atau peran yang digunakan. Techniques merupakan kemampuan tertentu yang punya sifat lebih spesifik seperti misalnya Summon, dan Items tentunya adalah apa yang sudah bisa kamu terka sendiri. Oke, keempat pilihan tersebut adalah pilihan yang umum kamu lihat dalam suatu pertempuran. Hanya empat? Lalu dimana pilihan untukRun/Escape? Untuk kali ini, tampaknya kamu harus lebih berhati-hati dalam memilihencounter dengan lawan yang ada. Salah pilih lawan, kamu bakal kewalahan dan tidak akan mungkin bagi kamu untuk lari dari pertempuran. There’s no escape… Satu hal yang cukup merepotkan, namun mungkin inilah bayaran yang dilakukan Square Enix atas HP yang akan kembali pulih setelah battle dan MP yang ditiadakan. Oh ya, dan satu potion yang kini berguna untuk seluruh anggota party.
Battle sekarang ga bisa kabur, so babat aja deh pake Odin
Gunakan cara yang paling efektif untuk mengalahkan lawan-lawan yang ada. Menyerang salah satu lawan dengan rangkaian chain serangan yang tepat secara otomatis akan mengisi “Stagger Bar” yang terletak di kanan atas layar. Apabila sudah penuh, maka lawan tersebut akan berada dalam kondisi stagger, yang memungkinkan kamu untuk dapat memberikan pengaruh serangan yang lebih besar. Selain itu, yang memegang peranan penting untuk kamu perhatikan di sepanjang pertempuran adalah fitur yang disebut sebagai “Paradigm Shift.” Pada fitur baru ini, tiap karakter yang ada memegang role atau peranan berupa job tersendiri. Terdapat enam karakteristik: Commando, Ravager, Sentinel, Synergist, Saboteur, danMedic. Commando untuk spesialisasi serangan fisik, Ravager untuk serangan bersifat magic, Sentinel sebagai tanker, Synergist untuk memberikan efek support (buff) pada party, Saboteur untuk debuff pada lawan, dan Medic untuk memulihkan party. Tiap karakter dapat mengubah role-nya masing-masing tergantung pada Paradigm Shift yang dilakukan. Sebuah party yang terdiri dari tiga anggota memiliki kombinasi role-nya masing-masing, akan dapat kamu gonta-ganti dengan cukup bebas dalam pertempuran. Pergantian Paradigm ini merupakan kunci utama kamu untuk bisa tetapsurvive pada pertempuran-pertempuran yang menyulitkan. Suatu battle memungkinkan kamu untuk berkali-kali melakukan Paradigm Shift, yang jelas cukup merepotkan. Bayangkan saja kalau kamu harus terus mengisi stagger bar dengan Paradigm yang lain, dan juga harus memantau HP dari party kamu dengan Paradigm yang satunya. Itu baru dua Paradigm, hal yang lebih merepotkannya akan hadir seiring dengan pertempuran yang lebih sulit lagi. Selain itu, cara kamu bertarung juga akan dinilai melalui rank yang diperlihatkan pada akhir tiap battle. Makin menambah kesan action di dalamnya.
Crystarium system
Dengan battle system yang baru, Summon yang menjadi khas FF pun dihadirkan dengan gaya yang baru serta unik pada kali ini. Summon kini kembali disebut sebagaiEidolon, yang hanya bisa dimiliki satu oleh masing-masing jagoan kita. Uniknya, Summon di game ini tidak akan sekedar dipanggil dan dipergunakan dengan cara ‘konvensional’ layaknya Summon FF biasanya. Tiap-tiap Summon yang ada di FFXIII mempunyai kemampuan untuk “Henshin” layaknya Transformers yang disebut sebagai Gestalt Mode. Misalnya, Shiva yang kini digambarkan sebagai kakak-adik, dapat bertransformasi menjadi motor keren untuk ditunggangi oleh Snow. Selain Shiva, ada pula Odin milik Lightning yang bisa berubah menjadi kuda, Alexander milik Hope yang bisa menjadi ‘kumpulan’ tower raksasa, Bahamut milik Yun Fang yang hadir dalam wujud ‘dengan’ dan ‘tanpa’ sayap, Summon baru Hecatoncheir milik Vanille yang dapat berubah menjadi mecha ber-turret, serta Brynhildr milik Sazh yang bisa menjadi mobil balap. Memanggil Summon tentunya tidak secara cuma-cuma, ada CP yang perlu dibayarkan untuk itu.
Penampilan fisik yang cukup mengingatkan saya pada seseorang
Sebagai sistem level pada kali ini adalah Crystarium, yang mungkin akan mengingatkan para penggemar FF dengan sistem Sphere Grid pada FFX dimana atribut status dan skill dapat ditingkatkan melalui sistem ini. Dengan gameplay yang linear dan tidak memungkinkan kamu untuk menjelajah kota-kota, kini akses untuk membeli equipment serta item bisa kamu dapati langsung di Save Point. Sayangnya, pada FF kali ini nominal Gil yang bakal kamu temukan di sepanjang game terhitung “lebih pelit” apabila dibandingkan dengan game-game FF terdahulu. Selain membeli item atau equipment, Save Point juga memungkinkan kamu untuk melakukan upgrade pada senjata atau accessories yang kamu punya. Item-item hasil looting yang kamu peroleh dari pertempuran dapat dipergunakan untuk meningkatkan jumlah experience dari suatu senjata. Dengan begitu, kira-kira kamu akan memerlukan item yang banyak untuk dapat meningkatkan pilihan senjata-senjata yang kamu punya.
Graphics 9
Di luar kualitas gameplay yang bersifat relatif, kualitas grafis pada FFXIII memang merupakan hasil yang tidak mengecewakan atas lama pengembangan yang telah ditempuhnya. Visualisasi kelas RPG yang terbaik untuk saat ini, didukung pula dengan kualitas teknis Crystal Engine yang sangat baik. Progress cerita dibawakan secara terus-menerus tanpa adanya loading atau pergantian chapter. Loading disini benar-benar minim terjadi dan perlu diingat bahwa game ini tidak memerlukan instalasi seperti halnya game-game PS3 pada umumnya. Selain gameplay dalam bentuk battle, progress pada cerita dalam bentuk cutscene adalah hal yang mendominasi isi dari game ini. Sinematisasi cerita kiranya merupakan salah satu keunggulan dari game ini. Selain itu, kualitas desain karakter-karakter dan isi dunia FF tentunya sudah tidak perlu kita ragukan lagi keindahannya, meskipun karakter-karakter jagoan kita pada kali ini masih ada yang terkesan kurang istimewa apabila dibandingkan dengan komposisi jagoan-jagoan dari FF terdahulu. Visualisasi setting yang mengagumkan kiranya memang sudah lumrah untuk sebuah FF.
Perpindahan map ga pake loading, euy. Ga pake install pula...
Sound 9
Meskipun sudah tidak lagi ditangani oleh maestro Nobuo Uematsu, musik pada FFXIII masih tetap memukau untuk didengar sebagai buah karya dari Masashi Hamauzu yang juga pernah bekerjasama dalam menghasilkan lagu-lagu di FFX bersama dengan Uematsu. Sejumlah BGM bergaya orkestral yang epik serta tematis dapat ditemukan menghiasi berbagai momen dan tempat yang ada dalam game ini. Kualitas voice actor Barat pada kali inipun tidak bisa dikategorikan mengecewakan. Mereka terdengar cukup menghidupkan beberapa karakter dengan penjiwaannya, walaupun memang masih belum sedalam kemampuan voice acting Jepang pada umumnya. Yang patut disayangkan pada versi Barat ini adalah absennya lagu “Kimi ga Iru kara” oleh Sayuri Sugawara yang digantikan dengan lagu “My Hands” oleh Leona Lewis. Secara keseluruhan, meskipun kita akan terasa cukup asing dengan kualitas suara yang lebih berbeda pada FF kali ini, aspek ini tetaplah memuaskan sebagai konsumsi telinga.
Cloud... Eh, Lightning maksudnya...
Longevity 8,5
Meskipun terbilang punya inti cerita yang sederhana, game ini tetaplah akan menarik keingintahuan para penggemar FF untuk menyelesaikannya. Namun, apabila kamu menganggap RPG pada umumnya harus menyediakan interaksi dan eksplorasi yang lebih bervariasi untuk menambah durasi main kamu, sepertinya FFXIII ini benar-benar akan terasa membosankan dengan isi yang melulu hanya cutscene dan battle. Selain itu, dungeon kini juga memberikan kesan yang lebih sederhana dan tidak terlalu banyak memerlukan eksplorasi kamu. Mini-game yang biasanya turut menambah kesenangan permainan kamu pada kali inipun cukup mengalami pemangkasan yang signifikan. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya cerita dan progress main kamu di dalam game ini, ada pula hal-hal baru yang akan kamu temukan. Walaupun tanpa eksplorasi yang berlebihan, RPG ini dengan ceritanya sendiri saja sudah akan menghabiskan puluhan jam main kamu.
Serah: "It's only us...."
Snow: "Ada yang lagi baca kaleeee..."
Editor’s Tilt 8,5
Jadi, apakah menurut kamu FFXIII ini mengecewakan berkat gameplay-nya yang linear? Well, yours to decide… Inilah debut perdana FF di era konsol next-gen. Kamu yang mengaku sebagai penggemar hardcore serial FF mungkin saja ada yang menganggap hal ini sebagai sebuah kesalahan dari Square Enix. Akan tetapi apabila kita tilik kembali, inovasi ini tentunya dapat memberikan kesempatan bagi mereka yang awalnya terlalu merasa jenuh dengan tradisi gameplay standar FF, untuk merasa tertarik pada kali ini. Gameplay linear dengan penyederhanaan fitur-fitur di dalamnya, jalan cerita yang lebih banyak divisualisasikan melalui cutscene, serta unsur action yang cukup banyak mungkin bisa kita simpulkan sebagai pendekatan gaya baru dari Square Enix yang ditujukan baik untuk kalangan casual maupun hardcore. Gameplay yang tidak serumit biasanya bagi mereka yang casual, namun tetap dengan battle system baru bersifat “taktis serta realistis” yang menantang bagi mereka yang menyatakan diri sebagai hardcore gamers. Terlepas dari gameplay-nya, kualitas grafis dan suara yang diberikan oleh game ini juga tidak mengecewakan seperti game-game utama FF pada umumnya. Kualitas grafis yang cantik dengan karakter-karakter berdesain menarik, dan lagu-lagu yang indah rasanya memang kembali mendukung kali ini. Overall, FFXIII adalah sebuah game yang perlu untuk kamu miliki baik di PS3 ataupun Xbox 360. Do you have the courage to face your destiny? (LYR)
Lightning: "Aye berani kok, bang..."
05 April 2010
ASKA Framework [tri-Ace]
sebenarnya saya agak enggan menuliskan artikel ini, tapi yah, lebih baik ada dari pada tidak. . . Sebagai bentuk informasi ajah bagi yang belum tahu. Bagi yang sudah tahu, mohon perbaikan dan koreksi nya. Bagi Japanese Reader, bisa baca artikel ini di link part 1dan part 2
ASKA Framework, sebelum kita tahu apa itu, pasti kalian sudah pernah mendengar tentang MT Framework nya CAPCOM ataupun Crystal Tools nya Square-Enix. Kali ini tri-Ace memperkenalkan ASKA Framework, internal Engine yang di gunakan pada game End of Eternity/Resonance of Fate.
ps3
xbox
ASKA, singkatan dari "tri-Ace Superlative Knowledge-based Architecture" di develop pertama kali di tahun 2005, sebagai program yang dapat meng-convert engine Playstation 2 menjadi program shader architecture untuk PC, xbox360 dan ps3. Mereka melakukan beberapa perbaikan pada engine ini di tahun 2008. Infinite Discovery, Star Ocean 4 dan End of Eternity di kembangkan dengan engine yang sama. Dan masih ada satu game lagi, yang project nya baru di mulai tahun 2009, masih belum di umumkan akan menggunakan generasi kedua dari ASKA Framework ini.
Mari kita bicara soal Resonance of Fate. Tim Resonance of Fate sendiri memberikan spec untuk performa graphic game nya. Untuk sebuah cutscenes, battle ataupun world map, satu scene menggunakan 350.000 polygons. Ini bukan merupakan renderan dari GPU. Ini hanya lah total geometry dari gedung, NPC dan beberapa element lain. Pada kota, satu scene membutuhkan 150.000 polygons.
Untuk sebuah frame akan mempunyai visible polygon yang di hitung antara 100.000 sampai 200.000 polygons. Dan ketika di tambahkan real time rendering element seperti "shadow", "maps" dan lain-lain, beban GPU untuk scene-scene yang bisa di bilang sibuk terhitung jutaan polygon.
Player Karakter dan NPC menggunakan antara 30.000 sampai 40.000 polygon. Ini merupakan angka yang dua kali lebih banyak dari pada standar generasi skarang, kata seorang staff Resonance of Fate. Sebagian besar di gunakan untuk rambut karakter - 5000 untuk karakter cowok, dan 8000 untuk karakter cewek. Untuk Event scene maupun real time scene menggunakan 3D model yang sama.
Game nya berjalan di 30 FPS, tapi dalam beberapa scene kadang FPS nya drop. Resolusi nya 1088x720 yang bisa di scale sampai 16x9 dengan 2xMSAA. Dalam hal rendering dan resolusi, tidak ada perbedaan antara ps3 ataupun xbox360.
pada awal nya, End of Eternity di develop untuk xbox360 saja programer nya tri-Ace sudah tahu kalau mereka akan melakukan port untuk ps3 juga. Anggapan itu yang membuat mereka dapat membuat port ps3 nya dalam waktu 3 minggu. Sebenarnya mereka sudah menyelesaikan port untuk ps3 tepat pada waktu nya untuk debut pada TGS 2009 lalu. Tapi mereka mengambil waktu 2 bulan setelah itu untuk melakukan beberapa perbaikan pada versi ps3 nya.
ps3
xbox
Karena mereka menghabiskan waktu 2 bulan untuk ps3 system untuk perbaikan beberapa area, membuat versi ps3 lebih efisien di banding xbox360. Kalkulasi game nya sendiri menggunakan CELL SPUs yang tidak kecil, sehingga versi ps3 berjalan lebih kencang dari pada versi xbox360. Programmer berharap, versi ps3 dan versi xbox360 memiliki performa yang sama, namun melihat dari efisiensi yang ada, ps3 mempunyai banyak ruang yang dapat di gunakan *lirik space Blue Ray Disc*
Kelebihan versi xbox360 terlihat pada "shadow map" dan beberapa area yang tidak sempat staff sebutkan.
ps3
xbox
Tidak ada komentar:
Posting Komentar