The Saboteur PC Review
Bagaimana apabila Grand Theft Auto series menceritakan tentang seorang pahlawan pemberontak yang melawan penjajahan Nazi di kota Paris? Mungkin itulah yang kita bayangkan saat memainkan game terakhir buatan Pandemic Stuido. Namun apakah The Saboteur ini akan berhasil menyamai kesuksesan Grand Theft Auto series?
Storyline:
The Saboteur mengambil setting waktu World War II, dimana saat itu pasukan Nazi sedang menguasai salah satu kota yang paling romantis di dunia, yaitu Paris. Game ini sendiri akan dimulai beberapa saat sebelum Nazi mulai bergerak, dimana suasana masih masih damai. Gamer akan berperan sebagai seorang karakter keturanan Irlandia bernama Sean Devlin, yang sangat hobi melakukan balap mobil, peminum keras dan sedikit bertipe "womanizer".
Pada suatu saat, Sean berencana untuk mengikuti suatu event racing bersama dengan sahabat karibnya yang bernama Jules Rousseau. Mereka juga ditemani oleh Vittore Morini, manajer mereka yang bijaksana dan juga Veronique, adik perempuan dari Jules. Mereka berempat kemudian membentuk team racing bernama Team Morini, dan kemudian bersama-sama berangkat untuk mengikuti suatu perlombaan balap mobil di Jerman
Setibanya di Negara tersebut, mereka justru bertemu dengan Kurt Dieker, salah satu racer saingan mereka, pertemuan mereka di suatu hotel itu justru berujung pada perkelahian antara kedua belah pihak. Karena kewalahan menghadapi jumlah musuh yang lebih banyak, akhirnya Sean dan Jules harus melarikan diri, pada saat itulah mereka bertemu dengan salah seorang teman wanita Sean bernama Skylar, yang akhirnya membantu mereka melarikan diri. Entah karena rasa terima kasih, atau karena suasana Paris yang romantis, atau mungkin karena sikap womanizernya, Sean yang awalnya tertarik pada Veronique, justru menghabiskan malam bersama dengan Skylar.
Permasalahan utama dimulai keesokan harinya, ketika Sean mengikuti even racing tersebut. Sean yang unggul akhirnya harus kalah karena Kurt Dieker menembak ban mobil milik Sean. Merasa dicurangi, Sean dan Jules ingin membalas dendam terhadap Dieker. Tanpa meperdulikan nasehat yang lain, mereka berdua nekad menerobos ke markas Dieker dan akhirnya tertangkap. Walupun akhirnya Sean berhasil melarikan diri, namun Jules akhirnya meninggal di tempat tersebut.
Berhasil melarikan diri, Sean justru melihat bahwa Nazi sudah memulai invansinya, oleh karena itu anggota Team Morini yang tersisa akhirnya melarikan diri ke Paris. Disanalah Sean bertemu dengan Luc, seorang pemimpin dari pasukan pemberontak terhadap Nazi. Akhirnya Sean bergabung dengan Luc, untuk mengusir Nazi dari Paris, sekeligus membalas kematian sahabat karibnya.
Storyline dalam The Saboteur ini sendiri sebenarnya cukup menjanjikan, dengan menawarkan kisah seorang pahlawan yang bergabung dengan pihak pemberontak untuk membalas dendam kematian sahabatnya. Namun sayang sekali kisah dalam game ini kurang digambarkan dengan baik. Beberapa adegan tidak cukup membuat gamer untuk merasakan kisah cerita dalam game ini, yang sebenarnya cukup "tragis". Seperti Veronique, yang walaupun tampak sedih dengan kematian kakaknya, tampak pulij cukup cepat, demikian juga dengan Sean, yang sepertinya mampu menghilangkan kekecewaan dengan menghabiskan waktu ditemani beberapa wanita dan whiskey. Ikatan emosional yang seharusnya dapat menjadi keungulan dari game ini tampak sedikit kurang dipoles dengan baik. Sean akhirnya terkesan hanya sebagai karakter prajurit bayaran biasa yang mengikuti perintah atasannya.
Important Character:
Sean Devlin - Seorang mantan pembalab dari Irlandia, yang akhirnya bergabung dengan pasukan pemberontak di Paris. Yang menarik, tokoh ini diciptakan berdasarkan salah seorang pahlawan Perancis bernama William Charles Frederick Grover, yang juga seorang pembalap keturunan Irlandia.
Jules - Sahabat karib dari Sean, yang akhirnya harus tertangkap dan mati di tangan prajurit Nazi.
Vittore Morini - Manajer dari Team Morini, yang berperan sebagai pengganti ayah sekaligus guru bagi Sean.
Veronique - Adik dari Jules ini sangat kehilangan kakaknya, dan akhirnya bergabung juga dengan Sean utuk membalas dendam.
Skylar - Wanita cantik dari masa lalu Sean, yang ternyata adalah seorang mata-mata dari Pasukan Khusus Inggris.
Luc - Seorang pemimpin karismatik dari French Resistance, yang melihat potensi Sean dan akhirnya merekut Sean untuk membantunya mengusir Nazi.
Kurt Dieker - Seorang pembalap dari Team Doppelsieg, yang membunuh Jules. Dieker akhirnya menjadi salah satu Jendral terkuat Nazi.
Gameplay:
The Saboteur sebenarnya menawarkan konsep gameplay yang cukup unik. Dengan menawarkan konsep sandbox pada waktu World War II, dimana selain menawarkan konsep seperti GTA series, kita juga akan dapat memancat tembok ala Assassin's Creed. Cukup menarik bukan?
Namun sayangnya ada beberapa hal yang membuat game ini terasa jauh dibandingkan dengan GTA series. Memang dalam game ini kita juga akan dapat merebut mobil serta kendaraan yang di kota Paris, namun berbeda dengan GTA, dimana terkadang kita harus berkelahi dengan pemilk mobil tersebut, dalam game ini, NPC yang kita ambil mobilnya hanya berteriak "ala kadarnya" dan kemudian langsung berlalu begitu saja. Hal ini tentu saja sedikit mengurangi tantangan dan ketegangan kita dalam merebut mobil.
Namun jika proses merebut mobil tersebut tidak terlalu menantang, lain halnya saat kita mengendari mobil tersebut, terutama ketika kita mengendarai mobil yang cukup cepat. Kontrol mobil dalam game ini cukup buruk, hampir dipastikan walaupun kita cukup baik memainkan Dirt ataupun Need for Speed series, tetap saja kita akan menabrak sesuatu ketika melaju kencang dalam game ini. Hal yang cukup "lucu" adalah, ketika kita menabrak mobil orang lain, pemilik mobil tersebut akan turun dan mulai berteriak kepada kita, namun begitu Sean turun dari mobil, mereka tidak melakukan apa-apa, kecuali hanya marah dan mengacung-acungkan tinjunya.
Dalam game ini, kita akan dapat memanjat hampir semua bangunan yang ada di kota Paris, dan memungkinkan kita untuk mencari tempat yang baik untuk menghabisi musuh, terutama dengan menggunakan Sniper. Tentu saja menarik melihat Sean beraksi seperti Altair, namun setelah beberapa lama terasa cukup membosankan. Karena aksi-aksi akrobatikd alam game ini tidaklah seindah aksi yang ada dalam Assassin's Creed. Dan seringkali, walaupun kita sudah memanjat cukup tinggi, posisi kita akan langsung diketahui oleh para prajurit Nazi ketika kita menembak dari jarak jauh, dan cukup membuat kita kebingungan mencari musuh yang menembaki kita.
Salah satu hal yang menarik dalam The Saboteur adalah kita dapat membunuh musuh dengan "stealth" dan kemudian mengambil pakaian mereka untuk menyamar sebagai prajurit Nazi. Namun anehnya, apabila kita mengenakan seragam tersebut, Sean akan semakin sering dicuragai oleh pasukan musuh. Sedikit saja kita berlari maka pasukan musuh yang berada cukup jauh akan langsung curiga dan mendatangi kita. Hal ini membuat Sean lebih leluasa bergerak tanpa menyamar, kecuali untuk memasuki daerah-daerah terlarang, seperti markas pasukan Nazi.
Kita dapat bebas memilih bagaimana menyelesaikan misi kita. Baik dengan melakukan stealth secara perlahan, maupun dengan action ala "rambo". Pilihan kedua terasa lebih mudah, karena bagaimanapun kita menyamar dan bergerak secara perlahan, hampir dapat dipastikan kita akan ketahuan oleh pihak Nazi. Namun hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah bagi Sean, karena walaupun seperti tidak menggunakan baju anti peluru, Sean tampak cukup kuat menghadapi tembakan.
Memang dalam game ini Sean digambarkan sebagai pahlawan yang cukup superior terhadap lawan-lawannya, bahkan terlalu superior hingga mengurangi tantangan dalam game ini. Sean dapat membunuh lawannya dengan tangan kosong cukup mudah, dan ketika terdesak dan berusaha lari dari musuh, Sean dapat mencari kendaraan untuk melarikan diri dengan tenang, walaupun sambil terus terkena tembakan musuh. Dan begitu kita mendapatkan kendaraan, maka akan sangat mudah untuk melarikan diri dari kejaran pasukan Nazi, karena selama kita menghilang dari jarak pandang mereka, mereka akan langsung berhenti mencurigai Sean. Tidak hanya itu, kita juga dapat menggunakan cara-cara lain seperti "hidden point" untuk menghindari kejaran musuh.
Shooting dalam game ini cukup baik, sayangnya gamer tidak diijinkan untuk membawa terlalu banyak senjata sekaligus, namun Sean dapat memperoleh senjata maupun amunisi dari musuh-musuh yang dibunuhnya. Dalam game ini Sean juga dapat menggunakan bahan-bahan peledak seperti Dinamit. Tidak hanya itu, kita juga dapat memanggil beberapa orang pasukan kita dalam waktu tertentu untuk membantu kita menyelesaikan misi yang ada. Misi-misi yang ada dalam game ini sendiri sebenarnya cukup baik, namun semakin lama semakin terkesan linear.
Dalam game ini kita juga dapat memainkan beberapa mini games seperti menghancurkan infrastruktur milik Nazi, dan juga beberapa side mission yang kita peroleh dari beberapa NPC untuk memperoleh tambahan uang. Sean juga dapat membuka "perk" sepanjang permainan untuk menambah kekuatannya, seperti perk untuk mengurai recol dan lainnya.
Uang tersebut dapat kita gunakan untuk membeli senjata-senjata, amunisi hingga kendaraan baru. Sayangnya, beberapa side mission tersebut tidak terlalu berbeda dengan apa yang ditawarkan dari misi utamanya. Gameplay dalam The Sabotuer ini sendiri tidak dapat dikatakan buruk, namun jelas terasa kurang begitu dioptimalkan oleh pihak Pandemic Studios, terutama dari unsur stealthnya, yang sebenarnya dapat menjadi kelebihan utama dari game ini.
Game ini sendiri menawarkan beberapa adegan yang tidak pantas untuk dimainkan bagi anak di bawah umur, walaupun ada pilihan untuk mematikan "nutidy" dalam game ini, tetap saja masih terlihat beberapa adegan yang cukup "berbahaya".
Grafis:
Pemandangan kota Paris berhasil dihadirkan oleh pihak Pandemic Studios. Game ini sendiri memiliki konsep unik, dimana saat kita belum menyelesaikan beberapa misi, maka game ini berwarna hitam putih, dan akan menjadi "full colour" saat kita menyelesaikan misi. Sayangnya, walaupun menampilan pemadangan kota Paris lengkap dengan menara Eiffelnya, dalam beberapa bagian tampak memiliki resolusi rendah, terutama saat kita menaiki kendaraan mengelilingi kota Paris.
Wajah dari para karakter sendiri digambarkan dengan ukup detail. Namun sayang animasi saat mereka bergerak terkadang terlihat sedikit aneh. Dan sering kali kita akan melihat karakter-karakter di jalan yang cukup mirip. Begitu juga dengan para prajurit musuh, yang sedikit sulit dibedakan satu dengan lainnya. Efek-efek dalam game ini, seperti efek ledakan bom dan juga pecahan kaca walaupun cukup baik, tapi tampak sedikit kurang realistis.
Game ini sendiri tidak terlalu berat, walaupun tampaknya kurang dioptimalkan bagi PC. Dengan tes menggunakan Core 2 Quad Q6600 @2.4Ghz dan GTX 275, diperoleh averange FPS sekitar 35-45, dan terkadang turun di daerah tertentu hingga 29-30FPS.
Sound:
Ketika mengendarai mobil di game ini, kita akan ditemani dengan alunan lagu-lagu Jazz yang cukup indah, yang membuat kita merasakan romantisme kota Paris. Sementara itu saat sedang melakukan misi, suara ledakan dan peluru juga terdengar cukup realisitis. Sayangnya tidak demikian dengan dialog yang ada dalam game ini. Terkadang dialog serta animasi dari karakter tersebut tampak sedikit kurang pas. Demikian juga ketika kita mengendarai kendaraan bersama dengan partner kita, dimana dialog akan terasa sangat minim.
Penutup:
Ide Pandemic Studio yang berusaha menggabungkan unsur-unsur dari GTA, Assassin's Creed serta sedikit unsur grafis dari film "Sin City" sebenarnya cukup menarik, sayang sepertinya unsur-unsur yang seharusnya menjadikan game ini sangat baik terasa kurang dipoles. Namun bukan berarti The Saboteur tidak menyenangkan untuk dimainkan. Mode sandbox yang dapat memanjat hampir semua gedung cukup menarik, serta beberapa mini games yang layak untuk dimainkan, ditambah unsur nudity yang cukup kental dalam game, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa gamer.
Minimun System Requirements:
Recommended System Requirements:
Score:
Pemandangan kota Paris berhasil dihadirkan oleh pihak Pandemic Studios. Game ini sendiri memiliki konsep unik, dimana saat kita belum menyelesaikan beberapa misi, maka game ini berwarna hitam putih, dan akan menjadi "full colour" saat kita menyelesaikan misi. Sayangnya, walaupun menampilan pemadangan kota Paris lengkap dengan menara Eiffelnya, dalam beberapa bagian tampak memiliki resolusi rendah, terutama saat kita menaiki kendaraan mengelilingi kota Paris.
Wajah dari para karakter sendiri digambarkan dengan ukup detail. Namun sayang animasi saat mereka bergerak terkadang terlihat sedikit aneh. Dan sering kali kita akan melihat karakter-karakter di jalan yang cukup mirip. Begitu juga dengan para prajurit musuh, yang sedikit sulit dibedakan satu dengan lainnya. Efek-efek dalam game ini, seperti efek ledakan bom dan juga pecahan kaca walaupun cukup baik, tapi tampak sedikit kurang realistis.
Game ini sendiri tidak terlalu berat, walaupun tampaknya kurang dioptimalkan bagi PC. Dengan tes menggunakan Core 2 Quad Q6600 @2.4Ghz dan GTX 275, diperoleh averange FPS sekitar 35-45, dan terkadang turun di daerah tertentu hingga 29-30FPS.
Sound:
Ketika mengendarai mobil di game ini, kita akan ditemani dengan alunan lagu-lagu Jazz yang cukup indah, yang membuat kita merasakan romantisme kota Paris. Sementara itu saat sedang melakukan misi, suara ledakan dan peluru juga terdengar cukup realisitis. Sayangnya tidak demikian dengan dialog yang ada dalam game ini. Terkadang dialog serta animasi dari karakter tersebut tampak sedikit kurang pas. Demikian juga ketika kita mengendarai kendaraan bersama dengan partner kita, dimana dialog akan terasa sangat minim.
Penutup:
Ide Pandemic Studio yang berusaha menggabungkan unsur-unsur dari GTA, Assassin's Creed serta sedikit unsur grafis dari film "Sin City" sebenarnya cukup menarik, sayang sepertinya unsur-unsur yang seharusnya menjadikan game ini sangat baik terasa kurang dipoles. Namun bukan berarti The Saboteur tidak menyenangkan untuk dimainkan. Mode sandbox yang dapat memanjat hampir semua gedung cukup menarik, serta beberapa mini games yang layak untuk dimainkan, ditambah unsur nudity yang cukup kental dalam game, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa gamer.
Minimun System Requirements:
- OS: Windows XP SP3, Windows Vista SP1, Windows 7
- CPU: Core 2 Dual Core 2.4GHz or AMD equivalent
- RAM: 2GB or more
- DISC DRIVE: Dual Layer 1x or faster DVD Drive
- Hard Drive: At least 7GB of free space
- Video: Nvidia Geforce 7800 GTX with 256MB of VRAM or ATI Radeon HD 2600 Pro with 256MB of VRAM
- Sound: Direct X 9.0c compatible sound card
Recommended System Requirements:
- OS: Windows XP - SP3 or Windows Vista - SP1
- Processor: Quad Core running at 2.8 GHz or equivalent
- Memory : 2 GB RAM (Windows XP) or 3 GB RAM (Windows Vista/7)
- GPU: Vidia 8800 GT graphics card
- VRAM: 512 MB
Score:
- Storyline : 7.5 ( Menawarkan cerita yang menarik, namun kurang digambarkan dengan baik )
- Gameplay : 7.5 ( Cukup mengasyikan, sayang unsur stealthnya kurang terasa )
- Grafis : 7 ( Detail karakter cukup bagus, sayang di beberapa tempat terlihat memiliki resolusi rendah )
- Sound : 7.5 ( Music yang cukup menghadirkan suasana Paris, namun dialog terasa kurang pas )
- Replay Value: 6.5 ( Tidak adanya New Game+ )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar